Friday, October 30, 2015

Seat Impact Test pada produk furniture

Menyambung bahasan saya sebelumnya yakni leg strength test atau uji kekuatan kaki kaki meja dan kursi, kali ini saya akan membahas sedikit mengenai seat impact test pada produk furniture terutama kursi, bench dan sejenisnya.

Mengapa test ini diperlukan, jawabannya sederhana saja, pernahkah anda datang dari luar kemudian masuk kedalam rumah dan karena sedang capek anda secara tiba tiba menduduki kursi tamu atau sofa anda. Kalau kursi atau sofa anda tidak memiliki cukup kekuatan untuk menahan beban berat tubuh anda maka hal yang akan terjadi adalah kursi anda akan rusak atau patah di beberapa bagiannya karena hentakan tersebut.

Impact test pada kursi

Di dalam dunia furniture internasional ada satu cara yang biasanya umum dipakai untuk menguji beban hentakan terhadap kursi atau seat impact test. Cara yang dipakai adalah dengan menjatuhkan beban dengan standard tertentu ke dudukan kursi dengan ketinggian tertentu juga, beban yang dipakai adalah karung khusus berisi pasir dengan tambahan besi cor didalamnya.

Impact test pada kursi

Beban untuk impact test ini beragam tergantung dari luasan dudukan kursi, namun yang biasanya dipakai adalah beban sebesar 215 lbs atau pons. Sedangkan ketinggian untuk menjatuhkan beban tersebut adalah 6 inch dari permukaan dudukan kursi. 
Jarak jatuhan beban

Pengujian dianggap berhasil apabila tidak ditemui kerusakan pada semua komponen kursi, baik itu retak, patah atau malfungsi lainnya.

Untuk lebih jelasnya anda dapat melihat pada ilustrasi gambar yang saya berikan.

Leg Strength Test untuk Furniture

Kali ini saya akan memberi contoh bagaimana produk furniture khususnya kursi dan meja akan diuji kekuatan kakinya (LEG STRENGTH TEST FURNITURE). Mengapa hal ini perlu dilakukan, tentu saja karena produk tersebut akan dipakai oleh konsumen setiap harinya. Apalagi untuk kursi yang mendapat beban dari tubuh manusia setiap harinya, walaupun waktu penggunaannya tidak terlalu lama. Berbeda dengan meja bisa saja meja makan, meja ruang tamu, dll. Meja tidak mendapat tekanan yang terlalu berarti dibanding kursi.

Produk furniture
Karena itu beban yang digunakan tentu saja berbeda antara meja dan kursi namun prosedur dan lama pengujian adalah sama. Beban yang digunakan untuk kursi adalah 75 lbs atau pons, sedangkan untuk meja adalah 50 lbs atau pons, dengan jarak pengujian dari ujung kaki adalah 1 inch dengan selang waktu 1 menit.
Leg strength test pada kursi

Leg strength test pada meja

Leg strength test pada kursi

Karena itu untuk meja dan kursi yang akan diuji dan berjenis KD knock down lebih baik dikencangkan dulu mur dan bautnya agar proses pengujian bisa berjalan dengan baik. Beban yang biasa digunakan adalah besi cor yang telah diukur beratnya. Siapkan meja atau kursi dan posisikan agar beban dapat tergantung sempurna. Jangan lupa siapkan juga stopwatch untuk menghitung waktu pengetesan.

Setelah pengecekan berlangsung produk yang baik seharusnya tidak terjadi kerusakan pada sambungan dan material kaki.  

Thursday, October 29, 2015

Paper Bag dan Pengujiannya

Mungkin anda, istri atau pacar anda sering shopping ke Mall dan berbelanja di outlet outlet terkenal, atau barangkali setelah berbelanja gadget baru biasanya barang yang anda beli akan ditaruh dalam goody bag atau paper bag berwarna warni dengan desain yang mewah.

SUMBER : dcoutodesigns.com

Kesan mewah tentunya akan didapat jika membeli suatu barang dengan ditaruh dalam paper bag daripada ditaruh dalam TAS PLASTIK atau KRESEK hehehe. Mungkin bagi outlet atau toko akan mengeluarkan extra budget untuk membeli paper atau goody bag tersebut, namun secara bisnis dan juga program GO GREEN hal ini tentu saja sangat berarti. 

SUMBER: letpack.com

Paper bag yang terbuat dari kertas tentu saja akan lebih cepat terurai ketika dibuang dan menjadi onggokan sampah, namun jika masih bagus tentu saja dapat dipergunakan berulang kali tentunya.

Nah pada artikel kali ini saya akan bagikan bagaimana cara menguji apakah paper bag yang anda dapat dari toko memenuhi persyaratan dasar kualitas secara kekuatan. Test sederhana yang dapat anda lakukan adalah catat dimensi paper bag anda, yakni Panjang, Lebar dan Tinggi sebaiknya gunakan satuan inchi. Setelah itu kalikan ketiga ukuran tersebut, kalikan lagi dengan 0.01. Hasil yang anda dapat akan memiliki satuan berat dalam PONS. Untuk mengubah ke kilogram kalikan saja dengan 0.4535.

Secara rumusan adalah sebagai berikut: 
0.01× P x L x T x 0.4535 kg

Setelah ketemu hasilnya anda cari timbangan dan cari barang dengan berat sesuai hasil perhitungan diatas. Setelah itu masukkan ke dalam paper bag yang anda miliki tersebut dan coba gantung atau tenteng paper bag yang telah diisi beban selama 1 menit. Jika pegangan paper bag atau bagian bawah paper bag anda tidak rusak atau lepas karena pengaruh beban tersebut maka paper bag anda memang layak digunakan karena secara kualitas telah terpenuhi.

Berapa Gaji QC

Sekedar sharing saja, rate gaji 3rd party agent, seorang QC junior bisa digaji sebesar 5-7 juta per bulan, senior QC 8-11 juta per bulan, supervisor QC 11-15 juta per bulan, ast Manager QC 15-20 juta per bulan, Manager QC 20-30 juta per bulan. Menggiurkan bukan dan tentunya tidak kalah dengan profesi profesi yang lain.

Berikut ini adalah beberapa perusahaan quality testing services atau trading buyer yang bisa anda coba untuk melamar, secara umum biasanya qc terbagi atas dua yakni softline (garment dan tekstil) serta hardline (furniture, elektronik, dll).
Lokal: Sucofindo, surveyor indonesia, dll
PMA: BV (bureau veritas), Intertek, CTL, TUV NORD, William E Connor, Li&Fung, BUT, Asia Inspection, Steinhoff, Target Sourcing, Walmart Global Sourcing, IKEA, 
Buyer represent office khusus furniture: William Sonoma, DMI, BASSET furniture, Bernhardt furniture, dll. 

Memang untuk sampai ke tahap atas tentunya membutuhkan waktu dan perjuangan extra, namun bagi yang tidak ingin terikat kerja dengan satu perusahaan tertentu tentunya jalur freelance inspector adalah alternatif terbaik. Namun ini tentunya membutuhkan perjuangan yang tidak kalah keras, karena sangat sulit untuk mendapatkan klien dan kepercayaan (trust) dari klien tentunya.

Belum banyak yang terjun ke dalam dunia freelance inspeksi ini, namun menurut pengamatan saya dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun ke depan justru jalur ini yang lebih menjajikan daripada bekerja di satu 3rd party agen tertentu. Saya berharap tebakan saya ini benar adanya.

Cara Menggunakan MC meter kayu

Produk yang berbahan dasar kayu selayaknya harus memiliki kadar MC antara 10-12%, karena pada prosentase tersebut kayu berada pada keadaan setimbang. Mengapa kayu harus dalam keadaan setimbang? Jawabannya adalah pada kondisi ini air yang keluar dan masuk ke dalam kayu tidak mengalami perubahan yang berarti, ini tentu berakibat pada keawetan kayu tersebut.

Oleh karena itu setelah kayu dibelah dan dikuliti harus segera dikeluarkan kadar airnya hingga mencapai keadaan setimbang tersebut dengan demikian kayu akan menjadi tahan lama pemakaiannya.

Untuk mengukur kadar air atau kelembaban dalam kayu kita gunakan alat MC meter. Jenis MC meter secara garis besar ada 2 yakni, jenis tusuk (terdapat 2 pin jarum) dan surface (ditempel pada surface sensor) dengan dua macam jenis display yakni, digital dan LED dengan angka indikator. Di pasaran harga MC tersebut bermacam macam dengan harga paling murah di kisaran 150$.

Berikut adalah cara menggunakan MC meter pin atau jarum:

Tusukkan MC meter searah serat kayu

Jangan lupa atur tombol kalibrasi jenis kayu yang akan diukur MC nya

Semoga tips dari saya ini bermanfaat.

Prosedur QC untuk Inspeksi

Setiap proses produksi tentunya memiliki alur yang harus diikuti agar proses produksi bisa berjalan dengan baik. Berikut adalah prosedur pengecekan yang harus dilakukan oleh qc secara umum :

1. Inspeksi packaging
Inspeksi yang dilakukan berkaitan dengan packaging produk, semisal,nomer PO, ukuran karton box, marking, berat karton, kondisi karton, dll.

2. Inspeksi fungsional
Inspeksi yang dilakukan berkaitan dengan fungsi dasar sebuah produk, semisal produk meja makan yang bersifat knock down, apakah meja tersebut bisa dirakit dengan mudah oleh konsumen atau tidak, lengkap atau tidak komponen komponen dasar meja tersebut.

3. Inspeksi visual
Inspeksi yang dilakukan berkaitan dengan segala sesuatu yang bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh konsumen. Semisal produk pakaian, apakah ada jahitan yang lepas, apa ada kain yang sobek, apakah terlihat ada kotoran pada pakaian tersebut, dll.

4. Inspeksi ukuran
Inspeksi yang dilakukan berkaitan dengan ukuran produk, semisal sepatu apakah ukuran sepatu hasil produksi sesuai dengan standard yang ditentukan.


Dengan menjalankan setiap proses diatas maka barang yang dihasilkan akan memenuhi standard yang ditetapkan, dengan demikian ke depan klaim dari konsumen dapat dikurangi jumlahnya.




Cross Cut Test pada aplikasi coating

Untuk mengetahui apakah aplikasi coating atau pengecatan menempel dengan baik pada produk ada 2 cara yang bisa kita lakukan untuk mengujinya, yakni dengan hardness test dan cross cut test.

Kali ini terlebih dahulu saya akan membahas cross cut test, test ini bisa kita lakukan dengan menggunakan alat atau tester pabrikan dan dengan menggunakan alat yang cukup sederhana yakni mistar dan cutter. Caranya buat garis garis lurus vertikal dan horisontal dengan menggunakan cutter atau silet yang tajam hingga membentuk kotak dengan jumlah 25 buah. Dimana jarak antar garis yang kita buat 1 s/d 2 mm. Lihat gambar dibawah ini.

Goresan pada lapisan coating yang hendak diuji

Setelah itu tutup permukaan hasil goresan cutter tersebut dengan isolasi atau tape khusus biasanya 3M atau kalo terpaksa bisa menggunakan isolasi biasa namun yang memiliki kerekatan yang tinggi. Gosok gosok permukaan isolasi hingga menempel erat kemudian secara serentak tarik isolasi tersebut. Kemudian lihat hasilnya dan bandingkan dengan gambar dibawah ini:

Standard prosentase lapisan coating yang terkelupas setelah di test

Sejauh pengalaman saya, kita masih bisa menerima hasil coating pada level 3B yakni sekitar 5 sampai 15 % cat yang terkelupas, namun jika didapat hasil yang lebih rendah dari itu sebaiknya dilakukan proses pengecatan ulang.


Thursday, October 22, 2015

Cara Membaca AQL Tabel

AQL (Acceptance Quality Level) secara sederhana dapat diartikan Tingkat Penerimaan Kualitas. AQL dalam ilmu statistik dimodelkan dalam sebuah tabel, dimana ada dua buah tabel yang biasa digunakan yakni tabel sample size (tabel berisi jumlah sampling yang diambil untuk setiap range lot/batch), dan satu tabel lagi untuk tabel AQL itu sendiri. 

Asal mula penggunaan AQL tabel adalah oleh pihak militer pada perang dunia I, dimana tabel ini dipergunakan untuk mengetes hasil produksi peluru senapan yang akan digunakan pada perang. Tidaklah mungkin untuk mengecek satu persatu peluru apakah bisa berfungsi dengan baik atau tidak, karena itu kemudian dibuatlah satu tabel statistik yang bisa digunakan untuk memutuskan apakah satu lot/batch produksi peluru itu baik (berfungi dengan baik) atau tidak. Dimana tiap jumlah produk dalam satu lot  yang diinspeksi diambil sampel sesuai dengan tabel di atas. 

Kemudian untuk menentukan apakah produk itu dianggap baik "PASS" dalam sebuah inspeksi digunakan kriteria seperti pada tabel dibawahnya. Dimana kriteria inspeksi tergantung pada jenis produk yang akan di inspeksi.

Akan saya coba jelaskan secara sederhana penggunaan AQL tabel ini dalam proses produk inspeksi. Semisal, saya akan menginspek pabrik permen, jumlah kursi yang akan saya inspek adalah 300 buah dalam satu lot. Level inspeksi yang akan dipakai adalah Level II, dengan AQL levelnya adalah 1.5 Mjr (Major) dan 4.0 (minor). Major dan minor adalah bobot defek (cacat) produk yang ditemukan. Maka sesuai dengan tabel di bawah ini yang sudah saya beri tanda kotak. Maka jumlah sampel yang kita ambil pada inspeksi ini adalah bernilai H.

Sumber: Asia inspection

Untuk mengetahui berapa nilai H tersebut kita lihat tabel dibawahnya dan telah saya beri juga tanda lingkaran untuk mempermudah.

Sumber: Asia inspection

terlihat pada tabel diatas jumlah sampel kursi yang diambil berjumlah 50 pc. Sedangkan untuk mengetahui bobot AQL nya tarik garis lurus dari jumlah sampelnya dan potongkan dengan bobot yang telah ditentukan sebelumnya yakni 1.5 Major dan 4.0 minor. Maka nilai yang kita dapat adalah, untuk inspeksi 500 permen dengan menggunakan inspeksi Level II, dan AQL 1.5 Mjr/4.0 mnr, maka didapat nilai Accept 2, dan Reject 5.

Nilai Acc 2 dan Rej 5 ini adalah bobot defect yang tidak boleh dilewati/melebihi oleh bobot defect yang kita temukan dalam inspeksi. Apabila ditemukan bobot defect inspeksi melebih nilai AQL ini maka hasil inspeksinya adalah FAIL.
Nilai Acc dan Rej ini bisa diartikan sederhana adalah, Acc adalah banyaknya defek Major dan Rej adalah banyaknya defek minor.

Pada contoh diatas apabila setelah inspeksi kita temukan defek Major sebanyak 2 dan defek minor sebanyak 3, maka hasil inspeksi adalah PASS. Namun bila ditemukan defek Major 6 dan defek minor 4 maka hasil inspeksi adalah FAIL.

Sekian semoga bermanfaat, saya sangat terbuka apabila ada pertanyaan mengenai subyek diatas dan akan saya jawab semampu saya.




Inspeksi Produk Boneka

Bagi kita yang telah berkeluarga dan memiliki buah hati tentunya senang sekali dan bahagia melihat anak kita dengan gembira bermain dengan boneka kesayangannya. Sebagai orang tua pun kita tentu saja senang dan gemas melihat rupa rupa boneka yang ada di pasaran baik yang dijual di toko mainan maupun di mall.
Sumber : Amazon.com
Sekadar info saja, sebenarnya di Indonesia banyak pabrik penghasil boneka dengan skala besar yang memproduksi boneka lucu tersebut, namun sayangnya hampir semua produksinya adalah untuk di ekspor.

Namun banyak juga industri skala rumahan yang telah dapat menghasilkan boneka boneka dengan kualitas yang tidak kalah baik dengan produksi skala pabrikan.

Saya sekadar berbagi pengetahuan saja bagaimana sih proses pengecekan kualitas pada produk ini, karena faktor keamanan tentu menjadi pertimbangan utama mengingat produk ini diperuntukkan bagi anak anak terutama anak di bawah usia 5 tahun.

Ada beberapa hal penting yang menjadi fokus utama pada inspeksi produk boneka ini, yakni:

1. Pengecekan stuffing (bahan pengisi) di dalam boneka, ini menjadi penting karena demi keamanan dan faktor kesehatan anak, tidak semua bahan bisa dijadikan bahan pengisi yang ada di dalam boneka. Bahan yang biasa dipakai adalah polyester khusus untuk dipakai. Untuk produk lokal dengan grade yang rendah banyak juga yang & kain perca.

Biasanya seorang inspektor akan secara random mengambil sample dari produksi dengan menggunakan AQL S-1, bilamana ditemukan bahan pengisi (stuffing material) boneka tidak sesuai dengan material sampel, maka semua lot dalam produksi akan dianggap Reject dan konsekuensi nya pihak pabrik harus merevisi ulang produksinya.

2. Pengecekan jumlah jahitan. Pengecekan ini dilakukan karena banyaknya jumlah jahitan pada suatu produk boneka tentu saja berkaitan dengan kekuatannya. Bisa dibayangkan biasanya boneka yang lucu akan menjadi rebutan bagi anak anak, dan akan menjadi masalah bila boneka tersebut akibat ditarik tarik oleh anak anak kemudian jahitannya terlepas dan bahan pengisi didalamnya keluar. Standar yang digunakan biasanya adalah 10 jahitan (stitch) per inch. Namun ini tidak mutlak bergantung pada standar buyer (pembeli).

3. Jarak jahitan ke tepi. Ini juga perlu diperhatikan karena sama dengan poin yang sebelumnya berkaitan dengan kekuatan dan keamanan. Untuk mengecek poin ini, tentu saja boneka harus kita robek dan kita balik jahitannya dari dalam keluar seperti gambar dibawah ini. Biasanya jarak yang menjadi standar adalah minimal 5 mm.

4. Test tarik pada jahitan dan komponen. Test ini tentu saja diperuntukkan untuk menguji kekuatan dari jahitan dan komponen pada boneka (mata atau hidung boneka. Test ini dilakukan dengan alat khusus yakni tension claw, bentuknya serupa tang dengan penjapit didepannya dan alat pengukur tensi dibelakangnya. Besarnya tarikan disesuaikan dengan regulasi buyer, namun biasanya untuk jahitan dipakai beban tarik sebesar 70N, sedangkan untuk komponen digunakan beban sebesar 50-90N.

5. Metal detector test.  Pengecekan dengan menggunakan mesin metal detektor. Pengecekan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pada boneka tersebut ada besi semisal jarum atau cutter yang mungkin tertinggal selama proses produksi. Pengecekan ini biasanya dilakukan 100% oleh pihak pabrik sedangkan oleh inspektor kita hanya verfikasi saja dengan menggunakan AQL S-1. Pengecekan ini sangat penting karena berhubungan dengan keamanan produk apalagi produk boneka kustomer akhirnya adalah anak anak. Standar yang dipakai biasanya mesin menggunakan besaran 10-15 PPM.


Stuffing test, pengecekan isi dalam boneka

Pengecekan jarak jahitan

Pull test, pengecekan kekuatan jahitan dan aksesoris

Metal detector test
Pengecekan jarak jahitan ke tepi kain

Sekian informasi yang dapat saya bagi, jadi anda tidak perlu khawatir dengan boneka boneka yang menjadi mainan anak anak anda di rumah karena pihak produsen tentunya telah memiliki standard kualitas tertentu seperti yang saya sampaikan diatas. Sehingga boneka boneka tersebut aman untuk mejadi mainan anak.

Inspeksi Rice Cooker

Sekedar berbagi pengalaman saja, semua produk apapun yang dibuat oleh produsen pada dasarnya telah mengalami proses produksi dan pengujian apakah produk tersebut aman dan telah sesuai dengan regulasi yang ada untuk dipergunakan oleh konsumen. Kali ini saya akan membahas bagaimana cara pengecekan produk rice cooker atau penanak nasi elektronik.
Sumber : ministerdb.com

Pada dasarnya ada dua macam test yang dilakukan pada produk elektronik, yakni:

1. On site safety test dan

Sumber pribadi

2. Fungsional test

Sumber pribadi

Sedangkan proses atau tahapan testingnya dapat mengikuti prosedur di bawah ini:

Sumber pribadi

Mudah mudahan apa yang saya bagi bermanfaat bagi anda, beberapa point diatas tidak saya terjemahkan ke bahasa Indonesia karena takut salah pengartian.